Rabu, 10 Juni 2015

Bencana Banjir



Bencana banjir sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat di wilayah Indonesia. Banjir adalah anjir adalah tergenangnya daratan akibat luapan air sungai, yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi atau akibat banjir kiriman dari daerah lain yang berada di tempat lebih tinggi (Mulyanto, 2008). Bencana banjir yang sering melanda derah-daerah di Indonesia dapat disebabkan oleh faktor curah hujan tinggi, ketidakpedulian manusia itu sendiri dan kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung lingkungan.
Faktor yang pertama adalah curah hujan yang tinggi. Hal ini tentunya sangatlah logis dan bisa diterima oleh akal apabila dijadikan salah satu faktor penyebab terjadinya banjir. Jika disesuaikan dengan prakiraan cuaca dari BMKG, maka curah hujan yang tinggi akan berada pada bulan Januari-Februari. Hal ini menyebabkan volume air hujan yang meningkat, sementara itu daerah resapan yang ada tidak cukup menampung banyaknya air hujan sehingga terjadi banjir. Terjadinya banjir merupakan hal yang paling sering dari semua bencana alam.(Jha, Bloch, & Lamond, 2011)
Faktor kedua yaitu disebabkan oleh ketidakpedulian manusia. Ketidakpedulian manusia disini adalah ulah manusia yang seenaknya sendiri terhadap lingkungan di sekitarnya seperti contoh : membangun area pemukiman dan rumah di bantaran kali, membuang sampah sembarangan, dan tidak membuat ruang terbuka hijau. Hal-hal tersebut adalah tindakan yang dapat mendatangkan bencana banjir. Banjir pada dasarnya adalah bencana yang tanpa sengaja kita ciptakan sendiri karena ketidakpedulian kita terhadap ekosistem dan lingkungan (Anonym, 2014). Dengan adanya pemukiman dan bangunan yang ada di bantaran kali, terntunya akan mempersempit lebar sungai dan membuat pendangkalan dan sedimentasi pada sungai tersebut menjadi semakin cepat. Hal ini mengakibatkan daya tampung sungai menjadi sangat terbatas dan air yang tidak kenal kompromi mengalir dan menggenangi pemukiman. Selain hail tersebut, sampah juga menjadi penyebab utama banjir. Jumlah sampah yang terlalu banyak menyumbat saluran, drainase, dan pintu-pintu air membuat aliran air ke laut tersendat sehingga menyebabkan air meluap. Ditambah lagi kurangnya ruang terbuka hijau yang membuat air tidak dapat meresap ke tanah. Itulah bentuk dari ketidakpedulian masyarakat yang dapat menjadikan bencana banjir yang semakin parah.
Faktor terakhir adalah kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung lingkungan. Motivasi ekonomi selalu menjadi pendorong pembangunan. Dengan adanya pembangunan yang terus-menerus mengakibatkan area terbuka semakin sempit. Ditambah lagi dengan maraknya pembangunan mal-mal yang sepertinya tak dapat dibendung seperti contoh di wilayah Ibu kota. Pembangunan yang mengesampingkan daya dukung lingkungan semacam ini mengakibatkan bencana banjir semakin sering dirasakan warga. Sejak beberapa tahun terakhir ini, setidaknya 25% wilayah Jakarta selalu digenangi banjir pada periode Januari-Februari (Anonym, 2014). Hal ini membuktikan bahwa pembangunan yang didorong oleh motif ekonomi semata sering menimbulkan bencana.
Pada dasarnya, bencana banjir datang karena akibat ulah masyarakat  itu sendiri. Apabila masyarakat tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak lingkungan seperti contoh : membuang sampah sembarangan, membangun bangunan di bantaran sungai, dll maka bencana banjir juga tidak akan terjadi secara terus-menerus. Untuk mengurangi resiko adanya bencana banjir maka harus dimulai dari masyarakat sendiri untuk senantiasa memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Anonym. (2014). Banjir Jakarta. Retrieved May 04, 2015, from http://www.menulisesai.com/2014/01/banjir-jakarta.html#sthash.zDrwFKYb.dpuf
Jha, A. K., Bloch, R., & Lamond, J. (2011). Kota dan Banjir (1st ed., p. 17). Bangkok, Thailand: The World Bank.
Mulyanto, A. (2008). PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus : Kec . Semarang Barat , Kota Semarang) (p. 5). Semarang.

1 komentar: